Breaking

Sabtu, 30 April 2016

Cao Cao dari 3 Kerajaan seorang tokoh jahat, Mitos atau Fakta?

Catatan sejarah tiga kerajaan yang sebenarnya ditulis secara netral dan tanpa memihak kepada satu pihak tertentu. berbagai komentar terhadap kebangkitan dan kejatuhan seorang tokoh disampaikan secara proporsional, tanpa ada unsur propaganda gelap atau penyelewengan sejarah.

Lain halnya dengan kisah 3 kerajaan yang dibuat dengan tujuan menjadi karya sastra yang membangkitkan nasionalisme dan loyalitas terhadap negara. karena membutuhkan unsur hiburan agar menarik, maka beberapa alur cerita dan penokohan sengaja dirubah agar lebih populer.

Salah satu yang mengalami perubahan drastis adalah penokohan protagonis pada diri Liu Bei dan sekutunya. sebaliknya Cao Cao mendapatkan peran antagonis utama.
tokoh Cao Cao dalam kisah 3 kerajaan
Jangan khawatir, Cao Cao tidak selalu jahat, bahkan ia menyukai boneka.

Pada sosok Liu Bei tindakan curang, licik, tidak pantas, dan semua ketidakadilan yang diperbuat olehnya dalam sejarah justru tidak disebutkan. atau dibuat seakan-akan dilakukan oleh orang lain. penokohan ini demikian komplit sampai-sampai keberhasilan militernya pun disebutkan sebagai usaha para jendral atau penasihatnya. sebagai tokoh Liu Bei bagaikan dicuci bersih lalu direndam dalam pemutih agar bisa tampil tanpa noda kejahatan sama sekali.

Sedangkan Cao Cao sebagai tokoh sudah dicelupkan ke cat merah lalu dibilas tinta hitam agar gloss dengan kejahatan, kelicikan dan tendensi psikopat. sedangkan keberhasilannya dalam menghentikan konflik, mencegah bencana kelaparan hebat dan mengembalikan kestabilan pemerintahan tidak pernah diakui dalam novel.

Adegan rekayasa dalam 3 kerajaan
Salah satu adegan yang direkayasa untuk tujuan penokohan seorang Cao Cao

Sejarah yang sebenarnya mencatat bahwa beberapa adegan yang terkenal dalam novel adalah rekaan, dikaburkan atau murni karangan semata. seperti pada gambar di atas usaha pembunuhan Dong Zhuo dengan meminjam belati mewah milik Wang Yun bertujuan untuk menggambarkan kelicikan dan jiwa oportunis seorang Cao Cao.

Tapi itu rekaan, sejarah mencatat Cao Cao bukanlah pejabat rendah, tapi sudah tercatat sebagai jendral dan pembesar dalam pemerintahan. ia justru ditawari posisi tinggi oleh Dong Zhuo yang merebut ibukota. tapi menolak, mengaku sakit lalu melarikan diri.

Dikisahkan juga Cao pernah membunuh satu keluarga karena kesalahpahaman dalam pelariannya. ia kemudian berpapasan dengan seorang anggota keluarga tersebut yang hendak pulang, Cao pun membunuhnya. bukan agar tidak ketahuan, tapi karena ia tidak tega melihat orang tersebut pulang dan menemukan keluarganya sudah dibunuh semua. kejadian ini juga rekaan. buktinya tokoh yang diceritakan pergi setelah menyaksikan kesadisan Cao Cao tercatat masih bekerja kepadanya bertahun-tahun setelah kejadian.

Kekejaman Cao Cao dalam membalas dendam kematian ayahnya kepada rakyat kota adipati Tao Qian yang tidak bersalah sering dijadikan argumen tentang kejahatan sang tokoh. padahal Tao Qian yang digambarkan sebagai orang baik adalah seorang warlord yang cukup ambisius, aktif dalam konflik militer dan beberapa kali hendak merebut wilayah sekitarnya. bukan hanya Cao Cao tapi Sun Jian pun memiliki konflik dengannya.

potret Cao Cao sebagai penjahat dalam novel
Gambaran Cao Cao sebagai tokoh culas, licik dan bongkok, sekedar karangan semata

Lalu bagaimana tokoh Cao Cao yang sebenarnya? anda bisa melihatnya seperti dinasti-dinasti setelah era 3 kerajaan menilainya. dimana hasilnya kebanyakan positif. hal ini berbeda dengan masa setelah percetakan pertama kisah 3 kerajaan, 1200 tahun kemudian pada jaman dinasti Ming yang mempopulerkan Cao Cao sebagai tokoh antagonis.

Dinasti-dinasti setelahnya melihat Cao Cao sebagai salah seorang pemimpin militer terbaik dalam sejarah. seorang negarawan ulang yang sukses menghentikan konflik besar yang begitu mengancam kelangsungan kekaisaran. serta memberikan dasar proses penyembuhan dan pembangunan bagi reunifikasi kekaisaran untuk generasi selanjutnya.

Ia seorang diri menjadi jendral yang memenangkan petempuran secara langsung melawan berbagai pemberontakan. menghentikan penjarahan aset negara dan mengamankan kehidupan rakyat di kota dan pedesaan. menjamin terjadinya keamanan dan hukuman bagi setiap ketidakadilan.
Klaim yang sulit dibantah karena ia sebagai pejabat setia pada negara sampai akhir hayatnya.

Setelahnya ia menjadi perdana menteri yang kapabel dalam menyelamatkan sisa-sisa kekaisaran Han. mengakhiri konflik di berbagai penjuru negeri dan memperkuat pertahanan di perbatasan dengan suku-suku nomaden di utara dan barat yang seringkali menyerang sejak awal berdirinya dinasti.

Tidak hanya menjaga sisa-sisa kekaisaran yang sudah hanya tinggal nama. Cao Cao memperbaiki regulasi pertanahan, pemerintahan dan birokrasi setelah dirusak oleh korupsi dan kolusi selama beberapa generasi. serta yang terpenting menguatkan produksi pangan dan mencegah terulangnya bencana kelaparan dan pemberontakan besar di kemudian hari.

dan semuanya itu ia lakukan berawal dari sebuah kekuatan yang sangat kecil dan harus meminjam pasukan dari kiri dan kanan melawan tokoh yang lebih kuat dan lengkap darinya. di masa jayanya pun ia tidak sesumbar mengangkat dirinya sebagai kaisar walaupun de facto kekuasaan ada di tangan dirinya. di akhir hayatnya ia melarang pemakaman secara besar-besaran karena menurutnya "negeri masih belum aman".


    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar