Era kejayaan Tamerlane, karangan David Nicolle dan Angus McBride |
Di usia yang mendekati 50 tahun, Timur melihat Ilkhanate yang menguasai Persia semakin terpecah dan kehilangan kohesinya. tidak lagi sebagai kesatuan, pecahan-pecahannya memiliki kekuatan militer yang tidak besar sehingga membuka peluang untuk menguasainya secara cepat. dengan alasan dan pembenaran politis yang sudah disiapkan sejak lama, Timur memobilisasi pasukannya yang terdiri dari berbagai suku bangsa dalam perang terbesar yang pernah ia lakukan.
Namun sejak awal Timur memahami batasan kekuatan militer yang ia miliki dibandingkan dengan luasnya wilayah Persia yang meliputi hampir seluruh timur tengah seperti Iran, Iraq dan Afghanistan. belum lagi kegiatan militernya di luar bisa memicu pemberontakan di wilayah sendiri atau datangnya pasukan mongol lainnya (Golden Horde) dari utara yang mengambil kesempatan untuk merebut wilayah hasil ekspansinya.
Karenanya, di Persia Timur memberlakukan taktik perang yang berbeda. pasukannya akan datang ke satu kota lalu meminta penyerahan dengan janji akan diperlakukan dengan baik. disertai dengan ancaman apabila menolak maka kota tersebut akan diratakan dengan tanah dan semua penduduknya tidak akan diampuni. ancaman dan janji demikian sudah biasa dalam perang. biasanya bohong dan penduduknya biasanya tetap dibunuh, diijarah dan diperbudak.
Pasukan Persia abad ke 14 yang menjadi lawan pasukan Timurid |
Malangnya perbedaan kekuatan antara Timur yang membawahi pasukan asia tengah dengan Persia yang terpecah demikian besar sehingga banyak kota yang direbut dengan mudah. naas bagi mereka, Timur menepati seluruh kata-katanya. kota mereka dihancurkan tanpa ampun.
Berita kesadisan pasukannya menyebar dengan cepat dan tidak lama kemudian kota lawan mulai menyerah kepadanya. tepat dengan kata-katanya, Timur memperlakukan kota yang menyerah dengan baik. kebaikannya menyebar sehingga semakin banyak kota lawan yang memilih menyerah terhadapnya.
Hal tersebut mempercepat berlangsungnya perang, meminimalisir kehancuran dan korban jiwa. dengan cara tersebut Timur mendapatkan banyak kota secara utuh yang berguna sebagai basis kekuatannya di Persia. tentu tidak semua betul-betul tunduk terhadapnya, beberapa memberontak ketika pasukan utama Timur pergi menyerang kota-kota lainnya.
Tapi tidak peduli pertahanan dan kesiapan yang dibangun oleh pemberontak, usaha perlawanan selalu dapat dipadamkan oleh jendral Timur yang sudah terbiasa dalam teknik perang merebut kota. ketika kota tersebut sudah dikuasai kembali hukuman teramat berat dijatuhkan kepada pemberontak karena melanggar sumpah penyerahan.
Kota tersebut akan dihancurkan, penduduknya disemen hidup-hidup sebagai tembok peringatan bagi orang lain. pada banyak tempat didirikan monumen berupa pilar tinggi atau piramid yang terbuat dari tulang belulang penduduk kota yang memberontak. hal-hal ini dilakukan dengan sistematis tanpa pandang bulu sehingga niat perlawanan dan pemberontakan semakin jauh berkurang.
Piramid tengkorak bagi penduduk kota yang memberontak |
Dengan wilayah Persia relatif stabil, Timur mengalihkan perhatiannya ke utara karena Golden Horde Khanate yang dahulu bersahabat sekarang mulai mengincar wilayahnya (1391). ia tinggalkan anak dan jendralnya untuk menjaga wilayah Persia dan pergi menyongsong lawan ke utara.
Timur memimpin 10 satuan Tumen atau sekitar 100 ribu pasukan pilihan ke padang rumput luas di utara. pasukannya pergi sejauh 700 mil ke utara, lalu berbelok 1000 mil ke barat. begitu jauh posisinya di ujung utara benua asia sehingga waktu siang hari lebih lama daripada normal. hal tersebut sehingga menimbulkan keluhan dari pasukan muslim yang kesulitan bersembahyang mengikuti waktu.
Tidak sia-sia gerakan memutarnya membuat lawan lengah karena tidak mengetahui dimana pasukannya berada. ketika mendekat lawan langsung terdesak karena Timur datang dari tempat yang tidak mereka perkirakan sebelumnya. manuver ini berhasil memaksakan pertempuran yang berlangsung di tepian sungai Kondurcha, Russia.
Rute jauh ke utara lalu menyongsong lawan dari arah yang tidak diperkirakan |
Lawannya dengan komposisi berat di kavaleri berkuda ala mongol dan pejuang berkuda kipchak. sedangkan pasukan asia tengah memiliki komponen infantri (berkuda) multi kebangsaan yang lumayan besar. sejak awal Timur menebak maksud lawannya dengan benar, yang berniat mengeksploitasi kelincahan dan jumlah pasukan berkudanya yang lebih superior untuk menyerang sisi samping pasukannya.
Sesuai dengan petunjuknya pasukan infantri asia tengah mampu bertahan di tengah gelombang serangan mongol. secara mendadak mereka justru balas melakukan penyerangan umum pada sisi tengah barisan. serangan frontal tepat ke jantung barisan lawan begitu keras dilakukan oleh para veteran perang Persia sehingga barisan lawan goyah lalu terpecah.
Pasukan Golden Horde pun terpaksa melarikan diri. kemenangan ini membuat pasukan Timurid selama beberapa tahun berikutnya bebas berkelana dan menyerang seluruh daerah kekuasaan Golden Horde di eurasia hingga ke Moscow. tanpa kenal lelah pasukannya mempergunakan kesempatan ini dengan maksimal dan terus menjelajah ke utara, barat dan selatan. mereka hanya pulang ke Samarkand ketika rombongannya sudah penuh dengan harta jarahan.
Kavaleri Golden Horde yang ditakuti dan dianggap selevel oleh ksatria eropa |
Timur sangat puas ketika mengetahui wilayah Persia di bawah kendali anak dan jendralnya sanggup bertahan dari serangan lawan dan pemberontakan. dengan kembalinya pasukan utamanya Timur menyerang beberapa kota di Persia yang masih menolak unuk tunduk. ia juga menyerang beberapa wilayah luar dengan alasan untuk melindungi rombongan yang hendak berpergian ke tanah suci.
Pasukannya kembali bergerak ke utara ketika Golden Horde kembali menyerang (1395). kedua pasukan bertemu di sekitar sungai Terek, Kaukasus utara. Kavaleri Golden Horde menyerang sisi kanan dan tengah secara bersamaan. selagi bertahan, Timur dengan pasukan elitnya menyerang lawan dari sisi kiri. sebelum pertempuran Timur sudah membangun hubungan dengan para tokoh lawan yang sekarang membelot kepadanya sehingga sisi kiri lawan segera berantakan.
Kekacauan di sisi kiri dimanfaatkan dengan maksimal dan serangan Timurid menembus dan merusak hingga ke tengah barisan lawan. pasukan Golden Horde panik dan hancur berantakan. sebagian pasukannya terperangkap dan dihancurkan. begitu besar dampak kehancurannya sehingga Golden Horde mongol yang dahulu begitu ditakuti oleh eropa sekarang tinggal nama. pasukan Timur menyerang ibukotanya, Sarai dan beberapa kota lainnya sebelum kembali ke Samarkand.
Timur tidak tertarik menguasai wilayah Golden Horde karena tidak memiliki nilai peradaban, ekonomi dan budaya yang besar. sedangkan melihat dari beratnya medan dan luasnya wilayah akan membutuhkan banyak usaha untuk mengamankannya. ia lebih memprioritaskan penguasaan wilayah sekitar Persia yang jauh lebih kaya dan dekat ke pusat pemerintahannya.
Rute pergi dan pulang pasukan Timur menempuh ribuan mil menyerang dari Shiraz, Baghdad, Tblisi, Sarai |
Tidak lama di Samarkand, Timur menuntaskan penguasaan sekitaran timur tengah ke dalam Imperiumnya. kekejaman perang psikologis yang dilakukannya mulai membuahkan hasil kedamaian (walaupun terpaksa) semakin sedikit pemberontakan yang terjadi. tindakan kejamnya beralasan untuk menghindari korban jiwa yang lebih besar apabila pemberontakan terus menerus terjadi karena pasukannya tidak bisa berada di semua tempat pada waktu yang sama.
Dengan teror yang ia lancarkan penduduk yang dikuasai tidak berani melawan dan tidak mau dihasut untuk memberontak. kekejaman yang Timur lakukan juga tidak acak seperti mongol atau penguasa lainnya. ia menyelamatkan kaum pandai, cendikiawan, pengrajin dan membawa semuanya ke Samarkand. ia mempekerjakan mereka sehingga dengan cepat ibukotanya dikenal sebagai pusat edukasi dan kebudayaan.
Tidak pernah berdiam diri bahkan ketika beristirahat di ibukotanya yang semakin indah, Timur semakin mantap untuk memenuhi ambisinya untuk menyerang India. di tahun 1398 dengan sebagian pasukan ia memimpin ekspedisi ke india utara. waktu kedatangannya berdasarkan dari informasi intelijen yang baik karena kesultanan muslim di india sedang lemah setelah beberapa tahun terlibat perang suksesi.
Kesultanan India memiliki pasukan gajah perang yang menakutkan bagi pasukan asing. dari jaman Alexander hingga Genghis Khan cara tersebut ampuh untuk melawan barisan infantri dan juga pasukan berkuda. tidak banyak yang bisa dilakukan terhadap hewan besar yang terlindungi dengan baik dan membawa pemanah di punggungnya. tapi berbekal dengan informasi yang sudah dikumpulkannya Timur memiliki rencana untuk menghadapinya.
Gajah dibalut chainmail dan pelat logam sehingga kebal terhadap serangan panah dan benda tajam |
Setelah melalui beberapa pertempuran, Timur akhirnya menghadapi induk pasukan kesultanan Delhi. pasukannya menggali parit untuk melindungi dari serangan gajah. sedangkan Timur bersiap dengan senjata rahasia yang ia sudah rencanakan dari jauh-jauh hari. mereka memuat jerami dan kayu kering ke atas unta yang dibawa khusus dari persia.
Ketika pasukan gajah menyerang ke arahnya, pasukannya membakar unta-unta malang tersebut lalu dilepaskan ke arah pasukan gajah. melihat sekawanan hewan aneh yang menyala terbakar, berasap pekat, menyeringkik keras dan berlari kesetanan ke arahnya para gajah tersebut panik, melawan perintah tuannya lalu berputar arah dan melabrak pasukannya sendiri.
Gajah perang yang berbalut chainmail dengan cula yang berduri dan dilapisi racun menjadi senjata makan tuan. barisan india utara berantakan dan dengan segera diserang habis-habisan oleh pasukan Timurid. mereka dihancurkan dan banyak yang ditawan. kemudian mereka mengepung kota Delhi dan berusaha membujuk penyerahan dengan membawa serta hampir seratus ribu tawanan perang.
Penguasa Delhi menolak menyerah sehingga para tawanan tersebut terpaksa dieksekusi. seperti sia-sia kota Delhi direbut dan mengalami nasib serupa. Timur tidak melanjutkan penyerangan ke pedalaman india dan kembali ke Samarkand. ia membawa korps pasukan gajah dan kekayaan Delhi yang ia pergunakan untuk proyek pembangunan besar.
Para tamu asing yang datang berkunjung mencatat kalau kota Samarkand seperti tidak pernah berhenti membangun. satu bangunan megah berdiri lalu Timur datang dan merasa ada yang kurang sehingga beberapa bagian harus dikerjakan kembali. kota tersebut seperti terus menerus dibangun ulang, setiap kali lebih indah dari sebelumnya.
Bukan hanya bangunan tetapi juga karya seni khas Timurid berkembang pada era ini |
Ekspansinya ke india utara membuat Timur dalam satu hal melebihi Alexander the Great dan Genghis Khan yang tidak pernah menguasai daerah tersebut. kemampuan militernya dalam mengelola daerah kekuasaan yang demikian besar dari persia, asia tengah dan india utara membuatnya dikagumi hingga ke eropa.
Tidak hanya menguasai, Timur juga membangun dan kota-kota di asia tengah yang pro terhadapnya mengalami pembangunan pesat yang tidak lagi terjadi hingga jaman modern. ia juga bukanlah sosok barbar seperti yang sering diberitakan oleh lawan-lawannya. walaupun memiliki darah dan budaya mongol, ia adalah seorang perencana ulung dan ahli militer yang hebat.
Sebagai penguasa Timur begitu menghargai informasi dari jaringan mata-mata. sebelum pasukannya bergerak ia sudah mengetahui betul kekuatan lawan-lawannya. cara mereka bertempur dan bagaimana mereka biasa bertindak. ia akan membuat rencana untuk mengatasi keunggulan pasukan lawan sehingga dalam pertempuran selalu bisa menjaga keunggulan militer.
Walaupun hampir tidak menguasai baca, tulis tetapi Timur mampu berbicara dalam 3 bahasa sehingga mudah baginya untuk berkomunikasi dengan tamu-tamu asing. para pengelana, pedagang dan diplomat yang berkunjung akan dijamu lalu berdiskusi panjang lebar mengenai banyak hal berkaitan dengan wilayah-wilayah tetangganya.
Timur sangat menggemari permainan catur sehingga membuat versinya sendiri yang jauh lebih rumit |
Informasi tersebut berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang belum tentu didapatkan oleh mata-mata. berbekal informasi yang dimiliki, pasukannya menjadi terbiasa untuk berperang dengan tidak lazim. tidak terpaku pada kampanye ke satu tujuan, tetapi terkadang melompat beberapa tempat lalu menyerang tempat lain yang tidak diperkirakan sebelumnya.
Bukan oportunis tetapi sudah direncanakan, memaksimalkan efek kejutan bagi lawan yang tidak sempat bersiap. gerak cepat dan acak pasukannya juga membuat lawan sulit menerka tujuannya sehingga ketinggalan langkah apabila hendak mencegat atau menyerangnya. Timur selalu dapat memilih lokasi dan waktu yang ia inginkan dalam pertempuran.
Dalam hal manajemen Timur pun termasuk berbeda. ia tidak pelit layaknya pembesar dan penguasa di jamannya. seperti kekayaan besar yang ia bawa dari Delhi dibagikan juga kepada pasukan dan jendral yang tidak ikut serta karena ditugaskan menjaga wilayah lainnya. pada 1399 Timur sudah berusia 60 tahun, usia yang sudah sangat tua menurut standar kehidupan jaman tersebut.
Berlanjut ke Sultan Bayezid Yildirim Ottoman, Pemenang Anatolia dan Balkan serta Perang Terakhir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar